BBPTT Bongkar Fakta Ayam Maron: Bisnis Peternakan Masa Depan
1. Latar Belakang dan Tujuan Ayam Maron:
- Masalah Peternak: Peternak lokal kesulitan mendapatkan bibit unggul ayam kampung karena jumlahnya tidak banyak dan peluangnya masih terbatas. Mencari ayam kampung asli juga sulit.
- Solusi: Balai Budidaya dan Pembibitan Ternak Terpadu (BPPTT) menciptakan ayam Maron sebagai bibit unggul ayam kampung yang berkelanjutan (kontinu). Karena didanai negara, ketersediaan bibit diharapkan selalu ada.
- Fokus: Ayam Maron dikembangkan untuk dua tipe: petelur (Maron 1) dan pedaging (Maron 2). Ini bertujuan agar peternak bisa fokus pada satu jenis produksi, tidak lagi hanya sampingan atau dwiguna (telur dan daging).
2. Ayam Maron 1 (Tipe Petelur):
- Asal Usul: Merupakan persilangan dari ayam kampung yang memiliki sifat petelur unggul, yaitu ayam Arab.
- Alasan Persilangan:
- Ukuran Telur: Ayam Arab memiliki telur yang kecil, sehingga disilangkan untuk menghasilkan telur yang lebih besar.
- Warna Telur: Ayam Arab menghasilkan telur putih, sedangkan masyarakat lebih menyukai telur berwarna krem seperti ayam kampung asli.
- Sifat Agresif: Ayam Arab cenderung agresif.
- Persilangan dengan Lingnan: Ayam Arab disilangkan dengan ayam Lingnan.
- Keunggulan Lingnan: Lingnan lebih tenang dan dapat mengurangi sifat agresif ayam Arab.
- Hasil Persilangan: Maron 1 menjadi lebih tenang, lebih tahan terhadap penyakit, dan adaptif terhadap pergantian pakan. Meskipun produksi bisa turun jika pakan kurang bagus, ayam tidak mudah mati. Tingkat stresnya juga bisa ditekan.
- Sifat Pewarisan: Maron 1 cenderung dikawinkan dengan apa saja, sifat pewarisannya masih bagus. Ini disebut sebagai “line betina”.
- Karakteristik Produksi:
- Produksi Telur: Lebih dari 220 butir per tahun (sekitar 20 butir per bulan).
- Sifat Mengeram: Hanya 5% yang mengeram.
- Dosis Pakan Harian: Normal, sekitar 100 gram per hari (umumnya ayam kampung 90-110 gram).
- Postur: Pullet (ayam muda siap bertelur) berukuran besar.
- Bobot Pullet: Minimal 1,5 kg saat siap bertelur. Jika kurang dari itu, frame reproduksinya tidak terbentuk, menandakan proses pemeliharaan yang kurang tepat.
3. Ayam Maron 2 (Tipe Pedaging):
- Asal Usul: Merupakan “final stock” atau produk akhir. Menggunakan gen lain, yaitu ayam Kedu.
- Keunggulan Kedu: Kualitas dagingnya sangat bagus (jaminan), seratnya halus, dan warnanya coklat krem.
- Proses Pengembangan:
- Upgrade Kedu: Ayam Kedu di-upgrade terlebih dahulu melalui pemurnian.
- Persilangan: Jantan Kedu disilangkan dengan Maron 1 (sebagai indukan betina).
- Alasan Menggunakan Maron 1 sebagai Indukan: Maron 1 memiliki produksi telur yang banyak, sehingga cocok sebagai indukan untuk menghasilkan bibit pedaging. Selain itu, gen Lingnan pada Maron 1 yang berukuran besar juga membantu menghasilkan ayam pedaging yang besar.
- Sifat Pewarisan: Jika dipelihara dengan baik dan dikawinkan dengan Kedu, sifat pewarisannya tidak akan jauh melenceng. Namun, jika dikawinkan dengan jenis lain selain Kedu, tidak bisa disebut Maron 2. Peternak bisa memberi nama sendiri.
- Daya Tahan:
- Tidak Kanibal: Meskipun dicampur banyak, Maron 2 tidak kanibal, asalkan pakan dan kepadatan kandang sesuai, serta tidak panas (heat stress).
- Nafsu Makan: Sangat doyan makan, sehingga peternak harus pandai berhitung dalam pemberian pakan.
- Panen:
- 70 Hari: Sudah bisa dipanen untuk size kecil (betina), sekitar 8-9 ons hingga 1 kg.
- 80 Hari: Sudah bisa dipanen untuk size 1,1-1,2 kg.
4. Tips Pemeliharaan Ayam Maron (Umum dan Spesifik):
Maron 1 (Petelur):
- Pakan (0-5 bulan): Berikan pakan dengan rambu-rambu petelur.
- Fase Grower: Gunakan pakan grower. Protein diturunkan secara bertahap (misal: grower 1 protein 22%, grower 2 protein 20%, lalu 18%). Tujuannya agar ayam tidak kegemukan dan membentuk frame reproduksi (uritan/saluran telur). Berbeda dengan pedaging yang proteinnya tinggi terus.
- Fase Pre-Layer (menjelang bertelur, sekitar 4 bulan): Protein dinaikkan sedikit (misal: 16%). Jika untuk breeder, bisa 17% agar kuning telur besar.
- Lemak: Kandungan lemak pakan sekitar 3%. Hindari lemak yang terlalu tinggi.
- Stimulan Telur: Saat awal bertelur (5-30% produksi), berikan stimulan pemacu telur yang tersedia di pasaran.
- Puncak Produksi: Saat puncak produksi (sekitar 8-9 bulan), dosis pakan bisa ditambah untuk mencapai target produksi 85%.
- Pencahayaan: Butuh cahaya minimal 18 jam.
- Malam: Berikan lampu kuning (bukan putih).
- Siang: Jika kandang gelap (misal: mendung atau hujan), nyalakan lampu.
- Ventilasi: Kandang harus terbuka.
- Konsistensi Produksi: Dengan tips di atas, produksi telur akan konsisten, tidak naik turun.
- Pakan (0-5 bulan): Berikan pakan dengan rambu-rambu petelur.
Maron 2 (Pedaging):
- Grading (Pemisahan): Fokus pada grading untuk keseragaman panen.
- Masalah Ayam Kampung: Jantan dan betina memiliki gap ukuran yang signifikan.
- Solusi: Pisahkan ayam berdasarkan ukuran (kecil dengan kecil, besar dengan besar) dan sekat kandangnya.
- Manfaat: Meningkatkan keberhasilan panen karena ayam kampung memiliki karakter makan berjamaah. Jika tidak dipisah, ayam kecil akan kalah bersaing dengan ayam besar dalam mendapatkan pakan.
- Grading (Pemisahan): Fokus pada grading untuk keseragaman panen.
5. Harapan BPPTT:
- Ayam Lokal sebagai Tuan Rumah: Ayam lokal Indonesia bisa berkembang dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, tidak lagi bergantung pada impor bibit dan sumber daya daging ayam.
- Berjejaring: Peternak diharapkan berjejaring untuk mengatasi masalah pasar sepi, harga jatuh, dan kerugian.
- Harga yang Menguntungkan: Pedagang diharapkan membeli ternak panenan atau telur dengan harga di atas HPP (Harga Pokok Produksi) agar peternak tidak merugi.
6. Informasi Tambahan:
- Kontak: Untuk informasi lebih lanjut atau ingin memulai beternak ayam Maron, bisa langsung datang ke BPPTT atau menghubungi melalui IG atau website yang tertera.
- Media Sosial: Jangan lupa like, comment, dan subscribe channel YouTube Tanilink TV.
- Pertanyaan: Jika ada pertanyaan lebih lanjut, bisa tulis di kolom komentar.