Sukses beternak ayam kampung petelur Maron

https://youtu.be/mqjbZue_Zb0

I. Pengenalan Ayam Maron

  • Asal-usul: Ayam Maron adalah hasil persilangan antara ayam Lingnan dan ayam Arab, yang ditemukan di Desa Maron, Kecamatan Temanggung. Ini adalah spesies baru yang dikembangkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Temanggung.
  • Keunggulan Utama:
    • Ukuran Telur: Telurnya besar.
    • Ukuran Tubuh: Tubuhnya juga besar.
    • Warna Telur: Warna telurnya krem (bukan putih seperti ayam Arab), sehingga lebih disukai pasar.
    • Efisiensi Pakan: Makannya tidak terlalu banyak, sehingga tidak boros pakan.
    • Cepat Bertelur Besar: Dari awal bertelur, hanya butuh sekitar 2 minggu untuk menghasilkan telur berukuran besar (berbeda dengan ayam lain seperti Elba yang butuh 1 bulanan).
    • Tahan Penyakit: Lebih tahan terhadap penyakit.
    • Harga Stabil: Harga telurnya cenderung stabil di pasaran (sekitar Rp2.000 per butir, bahkan bisa lebih tinggi jika dijual ke luar kota).
    • Permintaan Tinggi: Telur ayam kampung (termasuk Maron) banyak dicari karena asumsi masyarakat tentang manfaatnya untuk kesehatan dan gizi.

II. Tahapan Budidaya Ayam Maron

  1. Mendapatkan Bibit (DOC - Day Old Chick):

    • Sumber: Saat ini, pembicara masih mendapatkan DOC ayam Maron dari Dinas Peternakan Temanggung.
    • Alasan: Karena ayam Maron adalah persilangan Lingnan dan Arab, dan pembicara belum memiliki gen/indukan Lingnan dan Arab sendiri untuk mengawinkan.
    • Penting: Disarankan untuk mendapatkan DOC langsung dari sumber terpercaya (seperti Dinas Peternakan) agar terjamin keaslian genetiknya dan tidak tercampur dengan indukan lain. Jika dikawinkan dengan jenis lain, namanya bukan Maron lagi (misal KUB, New Maron, New Elba).
  2. Perawatan DOC (0-14 Hari):

    • Kandang Brooding: Gunakan kandang yang dapat menjaga suhu tetap stabil dan hangat (contoh: bekas mesin tetas atau kandang brooding biasa yang tertutup rapat).
    • Suhu:
      • 0-7 hari: 33-34°C (lampu menyala di 33°C, mati di 34°C).
      • 7-14 hari: 32-33°C (suhu diturunkan bertahap).
    • Alas Kandang: Gunakan karpet (bisa dicuci ulang) atau koran (ganti setiap 2-3 hari).
    • Pakan: Gunakan Pur 511 hingga DOC berusia 2 bulan.
    • Penting: Suhu yang stabil sangat krusial karena ayam Pureland (termasuk Maron) lebih rentan dibanding ayam kampung lokal. Suhu yang kurang tepat bisa menyebabkan DOC kedinginan, lesu, nafsu makan berkurang, dan menghambat pertumbuhan.
  3. Perawatan Ayam Dewasa (Setelah 2 Minggu):

    • Pindah Kandang: Setelah 2 minggu, pindahkan DOC ke kandang pembesaran.
    • Jenis Kandang:
      • Pilihan: Ada yang menggunakan kandang box ukuran 1x1 meter berisi 4 betina dan 1 jantan.
      • Rekomendasi Pembicara: Kandang baterai (3 tingkat, panjang 2 meter, isi 10 ekor per tingkat, total 30 ekor per kandang).
      • Keunggulan Kandang Baterai: Lebih efisien, efektif, dan mudah mengontrol ayam (jika ada yang sakit bisa langsung terlihat). Memanfaatkan lahan kosong secara efektif.
      • Perbandingan dengan Umbaran: Jika diumbar, 1 meter persegi hanya untuk 5-6 ekor, butuh lahan sangat luas. Kandang baterai lebih hemat tempat.
    • Pakan:
      • Jenis: Tetap Pur 511 hingga 2 bulan, lalu sesuaikan.
      • Penting: Komposisi pakan harus jujur dan tidak dicurangi. Jika pakan dicurangi, ayam juga akan “mencurangi” telurnya (produksi berkurang).
      • Jadwal Pemberian Pakan: Harus rutin dan tepat waktu (pagi dan sore), tidak boleh selang-seling. Toleransi maksimal 1 jam. Ayam tidak suka jadwal yang kacau.
    • Vitamin: Pemberian vitamin (seperti stimulan) sangat penting untuk mendukung produksi telur.
    • Kasih Sayang: Perlakukan ayam dengan kasih sayang. Memberi makan ala kadarnya akan menghasilkan telur ala kadarnya juga.
    • Masa Produktif:
      • Dari DOC sampai bertelur pertama kali butuh sekitar 5,5 bulan.
      • Dari mulai bertelur sampai afkir (tidak produktif lagi) sekitar 2 tahun.
      • Jadi, ayam bisa bertelur dari usia 6 bulan hingga 24 bulan.
    • Obat-obatan: Penggunaan obat-obatan itu pasti dan tidak bisa dilepaskan. Ada obat yang dibeli di toko pakan ternak (poultry shop) atau diracik sendiri. Disarankan mengikuti SOP (Standard Operating Procedure) yang ada. Jangan coba-coba.

III. Pemasaran Telur

  • Pengalaman Penjualan: Selama 2 tahun terakhir, penjualan telur tidak ada masalah. Bahkan sering kekurangan stok.
  • Perubahan Pasar: Dulu, menjelang Lebaran telur tidak laku dan harus dibagikan ke tetangga. Sekarang, selalu ada pembeli.
  • Alasan Permintaan Tinggi: Asumsi masyarakat bahwa telur ayam kampung sangat baik untuk kesehatan, gizi, dan anak-anak.
  • Target Pasar:
    • Pasar Lokal: Pembicara bisa mengirim 200 butir per hari ke Pasar Borobudur.
    • Pasar Jamu: Dulu mengirim ke lapak-lapak jamu.
    • Luar Kota: Pembicara sudah mengirim ke Jakarta dengan harga lebih tinggi (Rp2.500 per butir, dibanding Rp2.000 di pasar lokal).
  • Harga:
    • Sebelum kenaikan pakan: Rp2.000 per butir (termurah Rp1.900).
    • Setelah kenaikan pakan: Rp2.200 - Rp2.500 per butir.
    • Penting: Kenaikan harga telur bukan karena harga pakan naik, tapi karena ayam sulit bertelur saat pakan mahal (mungkin karena kualitas pakan dari pabrikan bermasalah).
  • Strategi Pemasaran:
    • Diversifikasi Pembeli: Harus punya minimal 3 bakul/pengepul. Jika satu tidak mengambil, masih ada yang lain. Jangan hanya percaya pada satu orang.
    • Potensi Produk Olahan: Jika terjadi overproduksi, pembicara berencana membuat telur asin dari telur ayam kampung. Ini akan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan karena belum umum (biasanya telur asin dari telur bebek).

IV. Analisis Keuangan (Per 100 Ekor Ayam)

  • Pendapatan:
    • Jika bertelur 60% (60 butir per hari) x Rp2.000 = Rp120.000 per hari.
  • Biaya Pakan:
    • Untuk 100 ekor ayam, butuh biaya pakan sekitar Rp70.000 per hari.
  • Keuntungan Bersih:
    • Rp120.000 (pendapatan) - Rp70.000 (pakan) = Rp50.000 per hari.
  • Penting: Jika tidak mencapai keuntungan segitu, perlu dievaluasi:
    • Apakah kualitas pakan kurang bagus sehingga produksi telur rendah?
    • Apakah tidak bisa menjual dengan harga Rp2.000?
    • Perlu mencari tahu di mana letak kesalahannya.

V. Tips dan Motivasi dari Pembicara

  • Jangan Patah Semangat: Sukses tidak ada yang instan (kecuali mie instan).
  • Proses Bertahap: Harus pelan-pelan, jangan takut salah, jangan takut rugi.
  • Bangkit dari Kegagalan: Jika rugi atau gagal, bangkit lagi.
  • Jangan Percaya Omongan Orang: Fokus pada usaha sendiri, coba dan berusaha.
  • Tidak Ada Sukses Instan: Beternak tidak ada yang langsung sukses kecuali warisan.
  • Pengalaman adalah Guru: Peternak besar pasti pernah mengalami kerugian atau ditipu. Harus mengalami “tipuan-tipuan” dan “rugi-rugi” dulu.
  • Penyebab Kerugian:
    • Kematian ayam.
    • Ayam tidak bertelur.
    • Faktor eksternal: Garangan atau ular masuk kandang yang menyebabkan ayam stres dan produksi telur berkurang.
  • Kewaspadaan: Selalu waspada terhadap hal-hal yang bisa mengganggu produktivitas ayam.
  • Harapan: Pembicara berharap usahanya bisa terus berkembang, membuka lapangan kerja, dan menolong masyarakat sekitar.

VI. Kesimpulan Umum tentang Budidaya Ayam Petelur

  • Sangat Rumit: Budidaya ayam kampung petelur itu sangat rumit, bisa dibilang “gampang-gampang susah” atau “susah-susah gampang”.
  • Faktor Penentu Produktivitas:
    1. Genetik: Gen ayam yang bagus akan menghasilkan telur yang bagus.
    2. Pola Makan: Pakan yang bagus dan komposisi yang jujur.
    3. Asupan Gizi/Obat: Pemberian vitamin dan obat-obatan yang tepat.
    4. Perlakuan Pemilik: Kasih sayang dan rutinitas dalam perawatan.
  • Tantangan: Butuh waktu, tempat, dan modal.
  • Stabilitas Telur Ayam Kampung: Harga telur ayam kampung cenderung stabil dan tidak fluktuatif seperti telur ayam merah.